Gareendra Rizky Sabil: Dari Home Studio Hingga Menjadi Penggerak Branding UMKM di Cilegon
Cilegon, Banten – Di usia 23 tahun, banyak anak muda masih mencari arah hidupnya. Namun berbeda dengan Gareendra Rizky Sabil, atau akrab disapa Gareen, yang memilih jalur berani: membangun Vien Studio sebagai agensi digital yang kini dipercaya puluhan UMKM di Cilegon dan sekitarnya.

Vien Studio bukanlah nama baru bagi Gareen. Jauh sebelum menjadi agensi digital, nama ini lahir di tahun 2022 sebagai home recording studio. Saat itu, pandemi Covid-19 membuat kuliah beralih online dan membuka banyak waktu luang bagi Gareen untuk mengeksplorasi kreativitasnya.
Seiring waktu, ia mulai menekuni dunia konten dengan bekerja di ARKARA Social Cafe sebagai Content Creator, sembari menerima pekerjaan freelance. Namun perjalanan kreatif itu sempat terhenti ketika ia memilih bekerja kantoran.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Gareen terjun ke berbagai industri. Kariernya menanjak hingga ia dipercaya menjadi Manager Marketing di sebuah perusahaan. Namun nasib berkata lain: ia harus menerima kenyataan PHK akibat efisiensi perusahaan.
Situasi tersebut seakan membuka dua pintu:
-
Pindah ke luar kota dengan tawaran gaji 2–3 kali lipat dari gajinya saat itu.
-
Atau tetap di Cilegon dan membangun sesuatu dari nol.
Gareen memilih jalan kedua. “Saya percaya ambisi tidak bisa digantikan angka di slip gaji. Ada kepuasan yang lebih besar ketika kita membangun sesuatu untuk diri sendiri dan untuk orang lain,” ujarnya.
Vien Studio: Reborn.
Dari titik nol itu, Vien Studio berevolusi. Bukan lagi studio rekaman, melainkan agensi digital marketing yang membantu UMKM lokal mengelola media sosial, membuat strategi branding, hingga menggarap kampanye pemasaran lintas bisnis.
Di bawah tangan dingin Gareen, Vien Studio tumbuh cepat. Dalam hitungan bulan, klien-klien lokal ternama seperti ARBA Barbershop, Dream Coffee, Kopi Barra, Martabak Assen, dan Beach Point Anyer mempercayakan strategi digital mereka kepada agensi ini.
Salah satu pendekatan unik Gareen adalah jargon #MeetingAjaDulu. Filosofi ini lahir dari keyakinannya bahwa komunikasi terbuka adalah kunci kesuksesan kerja sama.
“Kami tidak ingin hanya jadi vendor. Kami ingin jadi partner. Jadi ayo duduk bareng dulu, ngobrol, dan kita rancang solusi terbaik,” jelasnya.
Di balik sosok profesionalnya, Gareen adalah anak sulung dari Synthia Novita Andrilia. Status ini membentuk mentalitas tanggung jawab dan dorongan untuk terus maju.
Sebagai anak pertama, ia terbiasa memikirkan jalan keluar, bukan alasan. Nilai inilah yang terbawa ke kepemimpinannya di Vien Studio: solutif, visioner, namun tetap membumi
Meski fokus utamanya adalah UMKM, Gareen memiliki ambisi lebih jauh. Ia ingin membawa Vien Studio masuk ke perusahaan berskala nasional, tanpa meninggalkan akar lokalnya.
“Cilegon punya potensi besar. UMKM di sini seharusnya tidak hanya jadi penonton. Saya ingin Vien Studio jadi jembatan agar bisnis lokal punya kesempatan bersaing di panggung besar,” katanya dengan tegas
Kisah Gareen adalah potret perjalanan anak muda yang menolak menyerah pada keadaan. Dari home studio kecil, sempat terhenti karena kerja kantoran, hingga bangkit setelah PHK, ia membuktikan bahwa ambisi, kreativitas, dan keberanian mengambil risiko bisa mengubah arah hidup.
Kini, melalui Vien Studio, ia tidak hanya membangun perusahaan, tetapi juga membangun ekosistem bisnis yang saling menguatkan. Dan di usia yang masih muda, langkahnya baru saja dimulai.
Ia percaya bahwa setiap bisnis, sekecil apapun, punya cerita yang layak untuk diperjuangkan. Dan lewat Vien Studio, Gareen berkomitmen untuk menjadi jembatan agar cerita-cerita itu bisa terdengar lebih jauh.
“Bagi saya, ini bukan soal bisnis semata. Ini tentang bagaimana kita bisa tumbuh bersama, saling menguatkan, dan meninggalkan jejak yang berarti,” tuturnya.
Di usianya yang baru 23 tahun, langkah Gareen baru saja dimulai. Namun satu hal sudah jelas: ia sedang menulis kisahnya sendiri kisah tentang ambisi, keberanian, dan cinta pada kota kelahirannya.

Tinggalkan Balasan